Judul: Bridget si Ratu Sekolah
Pengarang: Paige Harbison
Penerjemah: Inosesus Rotorua
Penerbit: Esensi
ISBN: 9786026847010
Tahun Terbit: 2016
Tebal Buku: 244 hlm.
BLURB
Bridget adalah gadis yang cantik dan populer di sekolahnya. Sayangnya, ia sangat sombong, egois, dan bersikap seenaknya sendiri. Suatu hari, gadis bernama Anna Judge pindah ke sekolahnya. Ia langsung disukai semua orang karena sifatnya yang baik. Sejak itu Bridget merasa dunianya jungkir balik karena semua yang dimilikinya direbut oleh Anna, termasuk sahabatnya.
Satu demi satu peristiwa menjengkelkan terjadi pada Bridget. Semakin ia berusaha merebut kembali apa yang menurutnya miliknya, semakin menjauh hal-hal itu darinya. Bridget pun tak tahan lagi. Ia melakukan sesuatu yang ekstrem tanpa memikirkan risiko terburuknya: mencelakai diri sendiri demi mendapatkan perhatian.
Siapa sangka, Bridget malah terdampar di alam antara hidup dan mati. Ia tak mampu berbuat apa-apa selain menunggu keputusan apakah ia akan hidup atau mati. Ia hanya diberi sedikit waktu untuk menyadari semua kesalahannya dan meminta maaf pada orang-orang yang disakitinya.
Tapi, apakah itu cukup? Apakah ia pantas diberi kesempatan kedua? Inikah akhir hidup Bridget?
---
Buku ini merupakan buku terjemahan. Saya membaca edisi terjemahannya yang saya dapatkan gratis dari Penerbit Esensi. Judul aslinya yaitu Here Lies Bridget dan sejujurnya saya mengalami ketakutan dengan cover buku aslinya yang bergambar mayat seorang gadis. Agak menyeramkan bagi saya. Tetapi cover edisi terjemahan Bahasa Indonesia ini cukup friendly dan menggambarkan anak remaja yang mencari jati diri. Dan... saya baru tahu kalau editornya adalah Mbak Yuki Anggia. Woo! Oke, let's read my simple review about this book!
Membaca buku ini seperti membaca catatan harian seorang gadis remaja. Bridget Duke, gadis SMA yang sedang mencari jati dirinya. Merasa populer, berkuasa, dan disegani banyak orang. Rasanya, adegan ini bisa saya sebut drama. Persis seperti sinetron atau FTV yang sering saya tonton. Seorang gadis yang menjadi ratu sekolah, bertindak semena-mena untuk mendapatkan apa yang ia mau.
Bridget tumbuh menjadi gadis yang kasar dan (sok) berkuasa di sekolah. Ia selalu bertindak tidak sopan pada gurunya, Mr. Ezhno, dengan datang terlambat setiap pelajarannya. Hal ini membuat Mr. Ezhno kesal dan bola-balik memberinya peringatan. Demi memperbaiki sikap Bridget yang dianggapnya sudah keterlaluan, Mr. Ezhno akhirnya mengadakan pertemuan orangtua dan guru dengan ibu tiri Bridget, Meredith.
Ya, Meredith memang hanya ibu tiri yang telah 7 tahun merawat Bridget karena ibu kandung Bidget sudah tiada. Ayahnya adalah seorang pembawa acara olahraga yang terkenal dan tenar. Oleh sebab itulah ayahnya jarang berada di rumah. Meskipun Meredith bertindak sangat baik terhadap Bridget, anak itu tetap menganggapnya sebagai ibu tiri yang jahat.
Bridget memiliki dua orang teman dekat, Michelle dan Jillian (saya pikir Jillian itu laki-laki, ternyata dia perempuan. Saya baru sadar setelah sampai di pertengahan buku ini), juga Liam yang merupakan temannya dari kecil dan sempat menjadi kekasihnya.
Semua berubah sejak kedatangan murid baru di sekolahnya yang bernama Anna. Segala bentuk perhatian seolah beralih kepada Anna, termasuk perhatian milik Liam. Diam-diam Bridget memang masih memperhatikan Liam, meskipun ia bersikap sok cuek di hadapan lelaki itu. Untuk mengembalikan kepopulerannya, Bridget menemukan ide untuk membuat pesta. Dengan pesta tersebut ia yakin bahwa semua orang akan kembali mengaguminya.
Pesta tersebut akhirnya tidak berjalan sesuai keinginannya. Apalagi kalau bukan karena keberadaan Anna yang menarik semua perhatian? Bridget merasa amat kesal pada gadis itu. Dia merebut segala keinginannya. Sampai akhirnya dia merasa frustasi karena semua orang terasa mengabaikannya dan... ia berusaha menabrakkan mobilnya. Entah kesempatan itu masih ada atau tidak
Setelah kejadian itu, cerita beralih pada pikiran Bridget yang memasuki pikiran orang-orang yang pernah disakitinya. Ia melihat kelakuan buruknya dari sudut pandang orang lain. Pada bagian ini saya teringat pada buku The Five People You Meet in Heaven milik Mitch Albom. Bedanya disini Bridget baru menyadari bahwa hal yang ia lakukan telah menyakiti orang lain.
Tampaknya dari pengalaman ini aku belajar, bahwa alkohol tidak menyelesaikan masalah. Sebaliknya, malah membuat semuanya semakin rumit. (p. 89)
RATE: 3/5
Purwokerto. 1 Mei 2016. 00:47
4 Comments
kemaren liat buku2 karya Paige lagi di diskon di tobuk onlen LN. belum pernah baca sih, menurutmu gaya penulisan dan penyajian ceritanya gimana?
ReplyDeleteIni pertama kalinya baca buku karya Paige. Kalo liat gaya kepenulisannya aku kayak inget buku Perincess Diaries. Tau kan Tant? Pake PoV 1, jadi kayak curhat aja gitu. Lumayan asik sih.
DeleteHarganya brp ini mba? Ada buku versi english ny juga ya?
ReplyDeletekurang tau mbak. saya dapet gratis soalnya. iya ada versi englihnya juga hehe
DeleteApa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?