Judul: The Hunger Games | Pengarang: Suzanne Collins | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Tahun Terbit: 2012 | Jumlah Halaman: 406 hlm. | ISBN: 9789792282108 | Harga: Rp 58.000,-
BLURB
Dua puluh empat peserta.
Hanya satu pemenang yang selamat.
Amerika Utara musnah sudah. Kini di bekasnya berdiri negara Panem, dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikelilingi dua belas distrik. Katniss, gadis 16 tahun, tinggal bersama adik perempuan dan ibunya di wilayah termiskin di Distrik 12.
Karena pemberontakan di masa lalu terhadap Capitol, setiap tahun masing-masing distrik harus mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki untuk bertarung dan ditayangkan secara langsung di acara televisi The Hunger Games. Hanya ada satu pemenang setiap tahun. Tujuannya adalah: membunuh atau dibunuh.
Ketika adik perempuannya terpilih mengikuti The Hunger Games, Katniss mengajukan diri untuk menggantikannya. Dan dimulailah pertarungan yang takkan pernah dilupakan Capitol.
---
The Hunger Games, yang saya tahu, sebuah film yang diangkat dari buku. Pada waktu itu saya memang lebih dulu menonton filmnya dibandingkan membaca bukunya. Saya rasa film The Hunger Games cukup menegangkan untuk saya, karena saat itu saya sedang berpikir soal survival di hutan, kebetulan film ini memang menyajikan soal bertahan hidup, yang mana lokasinya di hutan. Saya tidak akan membahas soal film lebih lanjut karena kali ini saya akan bahas soal bukunya.
Saya mungkin terbiasa membandingkan film dengan buku. Saya sarankan, jangan pernah kalian membandingkan film dengan buku, karena jujur saja, kedua hal tersebut tentu jauh berbeda. Buku mengedepankan imajinasi pembaca dalam setiap kata dan kalimatnya, sedangkan film tentunya imajinasi kita terbatasi oleh gambar yang dimunculkan sang kreator.
So, seperti yang digambarkan dalam blurb, The Hunger Games adalah sebuah buku soal pertarungan dan pertahanan hidup oleh 24 peserta dari 12 distrik. Benar, keduapuluh empat orang tersebut harus bertarung mati-matian demi menjadi seorang pemenang yang nantinya dielu-elukan oleh seluruh Capitol. Saya sendiri mungkin bisa berimajinasi bagaimana tokoh utama dalam buku ini, Katniss Everdeen, hidup di distrik 12 yang jauh dari ibu kota Capitol, Panem. Mereka kekurangan bahan makanan, hingga harus berburu untuk menyambung hidup. Hei, bukankah di Indonesia juga mirip?
Setiap tahun Capitol mengadakan acara The Hunger Games, sebuah permainan yang ditujukan untuk mengingat pemberontakan di masa lalu. Intinya sih kalau bagi saya, Capitol menanamkan pemahaman bahwa warga Capitol tidak boleh memberontak. Jika ada yang melakukannya, maka konsekuensinya adalah pemusnahan distrik bagi yang memberontak.
Setiap tahun, setelah seorang anak di semua distrik berusia 12 tahun, maka mereka wajib memasukkan namanya ke dalam pemilihan The Hunger Games. Selain itu, ketika seseorang tidak memiliki makanan, mereka bisa mendapatkan makanan dengan cara memasukkan nama mereka lebih banyak ke dalam pemilihan tersebut. Pada harinya nanti akan dipilih 1 orang perempuan dan 1 orang laki-laki dari setiap distrik.
Dan yang terpilih dari distrik 12 adalah... Primrose Everdeen, yang berusia 12 tahun. Katniss yang tak mau adiknya masuk ke dalam The Hunger Games akhirnya dengan sukarela menggantikannya. Pasangan lelaki dari distrik 12 adalah Peeta Mellark, anak seorang tukang roti.
Persiapan demi persiapan pun dimulai. Dalam buku ini tentunya seluruh cerita difokuskan pada Katniss Everdeen, sebagai tokoh utama, sehingga detail cerita juga didapatkan dari sudut pandang Katniss. Pelatihan hingga hari menjelang pertarungan itu dimulai membuat Katniss merasa khawatir, bagaimana kalau nantinya ia terbunuh. Namun, kehidupannya juga berubah. Di Capitol, ia bisa hidup dengan fasilitas lengkap serta makanan enak setiap hari.
Kenapa saya bilang ini seperti buku yang mengajarkan kita survival? Sebab, kebetulan sekali dalma buku ini lokasi The Hunger Games berada di area hutan. FYI, saat itu saya sedang melakukan diksar dan saya jadi sedikit mengambil pengetahuan soal bertahan hidup di hutan (melalui filmnya). Sempat dijelaskan bagaimana caranya mendapatkan makanan di hutan, apabila kita tidak memiliki persediaan makanan, termasuk penjernihan air minum menggunakan iodin.
Jahatnya Capitol adalah acara The Hunger Games yang menayangkan pembunuhan ini selalu ditayangkan secara live sepanjang hari. Seolah-olah ini memang menjadi tontonan yang menarik. Taktik media sekali, ih! Seolah-olah lagi, The Hunger Games menjadi sebuah peringatan bahwa siapapun bisa mati dengan mudah di tangan Capitol.
Selama di hutan, Katniss selalu berusaha melarikan diri dan menyelamatkan diri agar tidak terbunuh oleh yang lain. Dia tidur di atas pohon dengan teknik menggantung. Belakangan saya baru tahu kalau ada teknik tidur kalong di materi survival sewaktu diksar. Membuat trap untuk bisa makan daging, hingga akhirnya berburu demi menyambung hidup.
Untuk sisi romansa, Katniss dan Peeta digambarkan sebagai sepasang kekasih demi menarik perhatian sponsor agar bisa menyelamatkan mereka di arena pertarungan. Sponsor ini semacam bantuan dari luar arena yang bisa membantu peserta ketika dalam keadaan terdesak.
Hidup Katniss berjalan seperti itu sampai 2 minggu dan satu-persatu peserta dari distrik lain terbunuh. Saya nggak mau spoiler, tapi pasti kalian sudah tahu siapa yang menang.
---
Btw, menurut saya, buku dan filmnya memang tidak begitu jauh berbeda. Soalnya saya jadi sering nyama-nyamain bagian yang ada di film sama yang ada di buku.
RATE: 3,5/5
Kamar kos, hampir larut malam.
2 Oktober 2016, 23:02.
4 Comments
Wuaaa pernah nonton filmnya dan ngeri banget... bener2 hidup untuk survival ya mba. Hmm kalau baca bukunya pasti bikin deg2an nih..
ReplyDeleteIya mbak bener banget deh. Aku aja jadi bisa ngebayangin pas lagi di hutan beneran hehehe
DeleteSaya pertama baca buku ini karena dibujuk anak, Mba. Eh malah kecanduan sampai buku 3 hehe...
ReplyDeleteSaya belum baca buku kedua dan ketiganya hehehe
DeleteApa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?