Judul: Pulang | Pengarang: Tere Liye | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Editor: Triana Rahmawati | Desain Sampul: Resoluzy | Tahun Terbit: 2015 | Jumlah Halaman: 404 hlm. | ISBN: 9786020822129
BLURB
"Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya."
Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit."
---
Pada waktu yang tepat, aku akan pulang.
Ini adalah novel kesekian karya Tere Liye yang saya baca. Rasanya membaca novel Tere Liye itu selalu cepat habis, entah karena bahasanya yang menarik atau memang saya yang tidak bisa melepaskan cerita itu begitu saja. Pada setiap babnya selalu ada hal yang ingin membuat saya ingin melanjutkan ke bab berikutnya. Tidak ada yang istimewa di dalam buku ini. Bahasa dan tipe berceritanya masih sama seperti buku-buku sebelumnya.
Bercerita mengenai Bujang, seorang anak tunggal dari Samad dan Midah yang tinggal di pedalaman Sumatra. Kehidupannya seputar hutan dan rumah, tidak tahu dunia luar, tidak tahu kehidupan apa yang ada di luar lebatnya hutan Sumatra. Hingga suatu hari, kehidupannya berubah drastis menjadi penguasa shadow economy yang disegani oleh dunia.
Sebuah kisah untuk membuatmu pulang dalam definisi apapun.
"Si Babi Hutan" merupakan julukan untuk Bujang ketika sampai di rumah Keluarga Tong. Ia berhasil keluar dari hutan setelah membunuh babi hutan raksasa dan melindungi Tauke Muda, sahabat ayahnya, dari terkaman binatang buas itu. Keinginan Bujang untuk pergi dari ke luar talang Sumatra sudah menggebu, ia mengangguk setelah Tauke Muda mengajak untuk ikut bersamanya ke kota provinsi.
Sebuah rumah besar yang cukup mewah bagi Bujang, amat berbeda dengan rumahnya di talang di dalam hutan Sumatra sana. Kehidupan Bujang di rumah yang mereka sebut Markas Besar menjadi lebih baik, terlebih ia telah menyelamatkan Tauke Muda. Ia bertemu dengan banyak orang baru, bicara tentang hal-hal yang sebelumnya tidak ia ketahui. Banyak sebagian dari mereka yang menjadi tukang pukul di Keluarga Tong. Tugas utama mereka adalah melindungi keluarga Tong dari ancaman dunia luar.
Shadow Economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam, di bawah meja. Oleh karena itu, orang-orang juga menyebutnya black market, underground economy. Kita tidak sedang bicara soal tentang perdagangan obat-obatan, narkoba, ataupun prostitusi, judi, dan sebagainya. itu adalah masa lalu shadow economy, ketika mereka hanya menjadi kecoa haram dan menjijikkan dalam sistem ekonomi dunia. Hari ini, kita bicara tentang pencucian uang, perdagangan senjata, transportasi, properti, minyak bumi, valas, pasar modal, retail, teknologi mutakhir, hingga penemuan dunia medis yang tidak ternilai, yang semuanya dikendalikan oleh institusi ekonomi pasar gelap. - (p. 30)
Di markas besar keluarga Tong, Bujang bertemu oleh Frans si Amerika yang memberikannya pendidikan akademis. Meskipun Bujang sendiri ingin menjadi tukang pukul seperti Kopong, kepala tukang pukul keluarga Tong, dan menanganu banyak misi dengan lawan-lawan keluarga Tong. Ia tidak ingin hanya mendengar cerita bagaimana serunya sebuah misi perkelahian dari Basyir, temannya di rumah itu. Hingga suatu hari Tauke Muda membuat perjanjian bahwa Bujang diperbolehkan berlatih menjadi tukang pukul asalkan nilai akademisnya tetap bagus. Bujang setuju.
Selama berbulan-bulan ia hanya dilatih berlari diantara dua api unggun hingga api tersebut padam. Barulah setelahnya ia berlatih saling memukul dengan Kopong. Bujang juga berlatih menjadi samurai dan teknik seperti ninja dengan Guru Bushi, berlatih menembak dengan Salonga. Semuanya ia lakukan dengan sungguh-sungguh, hingga akhirnya ia menjadi yang paling dibanggakan oleh keluarga Tong karena memiliki kecerdasan yang mampu membuat keluarga Tong semakin disegani.
Esensi dari pulang itu sendiri saya temukan saat membaca bab-bab terakhir buku ini. Saat orangtua Bujang meninggal, ia tidak kembali ke tanah Sumatra. Ia tetap di rumah keluarga Tong bersama Tauke yang kini menjadi orangtuanya. Adalah pertempuran pengkhianatan yang membuatnya kembali 'pulang'.
Ada banyak orang yang saling terhubung di dalam cerita ini. Seperti ayah Bujang yang dulu merupakan kepala tukang pukul keluarga Tong, yang kemudian menolong Kopong dari jalanan. Dan sekarang Kopong menjadi guru bagi Bujang.
Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapapun. Urus saja masa lalu masing-masing. (p. 101)
Bahwa kesetiaan terbaik adalah pada prinsip-prinsip hidup, bukan pada yang lain. (p. 187)
Hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapapun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran. (p. 340)
Intinya buku ini cukup asik untuk diikuti, tapi alurnya sudah bisa saya tebak karena pasti tokoh utamanya akan menang. Sama seperti buku-buku Tere Liye lainnya.
RATE: 3/5
0 Comments
Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?