Beberapa perpisahan memang terasa menyakitkan. Kurang lebih seperti itulah perasaanku ditinggalkan olehnya.
Rabu kemarin, aku berangkat ke kantor seperti biasa. Hanya saja perasaanku nggak karuan lantaran kurang tidur. Ya, bisa dibayangkan, aku baru tidur sekitar jam 3 pagi dan harus bangun lagi jam 6. Kemudian berangkat ke kantor jam setengah 8. Beruntung saja aku punya jam kerja yang masuknya jam 10. Setidaknya waktu tidurku tidak terpangkas banyak.
Jam 2 dini hari ketika aku sedang menyelesaikan pekerjaan, ia masih baik-baik saja. Tidak ada yang aneh dengannya. Kami bahkan tidak bertengkar sama sekali. Apalagi ribut besar seperti hari-hari sebelumnya. Kami benar-benar baik-baik saja.
Bukankah ketika perpisahan terjadi, maka harus ada yang mengucapkan kata perpisahan?
Seperti: "Aku sudah lelah, aku ingin pergi saja."
Atau,
"Aku sudah bosan denganmu. Kamu terlalu memaksaku melakukan banyak hal."
Tetapi yang paling buruk adalah ditinggalkan tanpa pamit. Tanpa tanda-tanda. Bahkan tanpa ucapan perpisahan.
Di kantor, aku cuma melamun. Kenapa tiba-tiba sekali ia pergi. Aku kan jadi rungsing alias bingung alias pusing sendiri. Aku nggak bisa kerja karena kepikiran ditambah kantuk masih tetap muncul, bikin mataku kayak orang abis mabok seharian. Aku nggak bergairah sama sekali di kantor.
"Hari apaan sih ini? Kok aku apes banget?" Aku bergumam sendiri sambil sesekali melihat rekan kerjaku mengerjakan desain konten untuk hari ini.
Kerjaanku belum beres sisa semalam, tapi kamu sudah berulah lagi dengan pergi tiba-tiba begini? Aku kurang sayang apa sama kamu?
Lalu, ibu bos mendekatiku, memberi informasi pekerjaan yang harus aku lakukan selanjutnya. Aku sih mau-mau saja mengerjakan, tapi pikiranku nggak bisa teralihkan dari kamu. Sungguh, kenapa sih kamu haru pergi tiba-tiba ketika pekerjaanku lagi banyak?
Nggak bisa ya nunggu nanti? Nunggu aku siap melepasmu dan menggantimu dengan yang baru?
---
Pagi tadi Bapak bilang, "Kenapa nggak ngasih tau dari kemarin? Kan Bapak bisa bantu biar baikan lagi."
"Aku pikir akan baik-baik saja, Pak. Orang kemarin nggak ada masalah apa-apa. Tahu-tahu malah jadi begini."
Akhirnya, Bapak membawamu ke tempat temannya. Entah apakah kamu masih bisa kembali atau enggak. Aku sebenarnya sudah ikhlas, cuma kalau kamu mau kembali dan hidup lagi bersamaku, ayo kita lanjutkan lagi.
Semoga kamu baik-baik saja, ya, Lenovo G470-ku.
Terima kasih buat 10 tahun yang berkesan ini.
Aku sayang kamu, selalu.
Jakarta, Januari 2020.
15:25
0 Comments
Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?