Kita pernah semarak
sebelum rusak dan terserak.
Kita pernah menjadi kembang api
Pecahan di mataku dan matamu adalah sisa
dari gegap gempita yang menguar di dada
Atau rasa cemas yang terhubung dari sumbu tak terbakar
Malam demikian runyam
Kembang api temaram
Kita tak pernah memberi salam
Perpisahan yang sesungguhnya berakhir pada habisnya kembang api di langit
Perpisahan yang sesungguhnya juga dimulai pada bebasnya beban di pikiran
Kembang api di dada kita pernah bercorak warna
Sebelum habis dilahap kesedihan yang sempurna
Di dalam bus Cileungsi - Blok M
Juni 2020, 08:04
4 Comments
Rima untuk paragraf pertama menarik dan keren. Pemilihan diksinya juga bagus, representatif sekali. Saya kebayang sih pas nulis ini di dalam Bus. Apalagi pas bait terakhir:
ReplyDeleteKembang api di dada kita pernah bercorak warna
Sebelum habis dilahap kesedihan yang sempurna
JLEB
Hai, terima kasih yaa. Kebetulan diksi di kepala saya masih terbatas jadi belum bisa eksplor lebih banyak, tapi semoga tetap bisa dinikmati hehe
DeleteBaru pertama kali berkunjung kesini dan langsung disuguhi puisi..
ReplyDeleteSaya ga terlalu mengerti puisi sih Mba but merasa suka dengan diksi di atas. Bertanya-tanya juga kok bisa menulis puisi pas naik bus, kan suasananya biasanya rame dan ga kondusif wkwk
Hai, terima kasih sudah berkunjung. Semoga bisa terhibur hehehe. Iya betul, suasananya emang rame sih, cuma kadang kalo udah ada satu hal yang bisa kutulis langsung kutulis gitu aja sebelum lupa dan makin kedistrak sama hal lain hehe.
DeleteApa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?