Judul: Attachment | Pengarang: Rainbow Rowell | Penerbit: Spring | Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Desember 2015 | Tebal Buku: 436 hlm. | ISBN: 978-602-71505-5-3
Betapa cinta selalu sederhana dan… manis.
Saya mendapati diri saya terjebak pada sampul buku Attachment yang sederhana, sebelum mendengar beberapa teman dalam Klub Buku berceloteh ria mengenai isi buku ini. Saya seringkali tutup kuping (sekaligus tutup mata) ketika mereka mulai membahas isi sebuah buku dan biasanya saya hanya akan mengambil inti akhir dari mereka. Jika bagus maka saya akan baca, jika tidak maka akan saya abaikan. Dan buku ini jadi salah satu bukti kalau selera mereka bisa memengaruhi saya.
Saya ulangi, novel Attachment punya sampul yang sederhana. Sangat sederhana dengan warna soft dan ilustrasi yang bikin saya ingin memeluk bukunya berlama-lama. Selang beberapa tahun setelah dibeli, buku ini baru sempat saya baca… sebulan yang lalu. Dua orang, laki-laki dan perempuan, yang tampak sedang menghadap komputer masing-masing adalah ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan isi cerita keseluruhan.
Benar kalau mereka bekerja dengan komputer. Benar kalau mereka bertemu karena komputer. Tapi ini bukan online dating karena latar waktu di tahun 1999 kayaknya online dating masih belum populer (kalaupun sudah ada), oke ini asumsi belaka sih.
Bab pertama kita akan disuguhkan dengan percakapan Beth dan Jennifer melalui aplikasi e-mail kantor mereka dengan berusaha tidak menggunakan kata yang dilarang. Sebab, jika iya, maka e-mail mereka akan terjaring ke bagian keamanan kantor dan akan diberi peringatan. Namun, Lincoln, seorang pegawai TI pengawas e-mail, menemukan e-mail Beth dan Jennifer yang terjaring dan tidak melakukan apapun pada mereka. Ia malah terus membacanya karena… seru sekali membaca cerita mereka, pikirnya.
“Aku tidak akan mengulanginya lagi. Hanya sekali ini saja,” begitu terus yang Lincoln ucapkan setiap kali menemukan email Beth dan Jennifer terjaring sistem keamanan. Ia tidak bisa melaporkan mereka berdua karena percakapan keduanya sangat seru dan membuat ia merasa dekat dengan mereka tanpa mengenalnya.
Duh, pikiran saya langsung bilang kalau Lincoln ini penguntit. Tapi ya ia nggak bisa sepenuhnya salah karena itu memang tugasnya. Membaca e-mail semua pegawai kantor untuk memberi mereka peringatan. Tapi dari sanalah bibit cinta dan konflik muncul.
Kalau di dunia nyata, naksir ke strangers yang bahkan belum pernah bertatap muka mungkin akan jadi sesuatu yang mengerikan. Namun, kalau di dalam cerita ini kita sudah diberitahu kalau karakter Lincoln adalah karakter protagonis yang tidak membahayakan apalagi Beth jatuh hati padanya meski belum bertemu. Sikap Lincoln yang terus menerus membaca e-mail Beth juga tidak bisa dianggap sebuah kejahatan karena memang itulah pekerjaannya.
Saya suka sekali membaca penuturan Rowell yang luwes dalam buku ini. Sama halnya dengan Fangirl, buku beliau sebelumnya, saya sungguh menikmati segala bentuk cerita di dalam Attachment. Namun jika boleh membandingkan, saya lebih bisa menyukai Attachment dengan mudah dibanding Fangirl.
Secara cerita, Attachment punya alur yang lebih halus dan mengalir. Bagaimana hidup Beth dan Jennifer diceritakan melalui sebuah percakapan e-mail dan kerumitan hidup Lincoln serta rahasia besar karena ia mengetahui kalau Beth menyukainya (yang ia ketahui dari email tersebut) diceritakan secara detail dan sederhana. Tokoh-tokohnya dibangun secara konsisten tidak melalui deskripsi langsung melainkan melalui karakter yang dibangun dari sebuah tindakan dan percakapan.
Sebagai contoh saya menyukai karakter ibu Lincoln yang menyayangi anaknya dengan cara selalu memasak enak untuk bekal Lincoln, juga tak ingin anaknya keluar dari rumah untuk tinggal sendiri. Kau tahu, kan, di Amerika anak usia 18 tahun sudah harus keluar dari rumah orang tuanya sebagai bentuk kemandirian? Nah, kekhawatiran ibu Lincoln ini justru nggak langsung ditunjukkan, Rowell justru membuatnya jadi sisi ibu yang tidak mau melepas anaknya, tapi harus mengalah karena Lincoln sudah terlanjur membeli apartemen.
“Kau tidak pernah selesai membesarkan anakmu. Kau akan lihat sendiri. Kau tidak akan pernah selesai sampai kau mati.” – ibu Lincoln. Hlm 167.
Setiap kali karakter ibu Lincoln muncul, yang saya pikirkan adalah masak apa lagi nih si ibu? Hehehehe. Karena semua bekal Lincoln terasa enak di mata saya, apalagi udah tinggal makan. Enak banget.
Lalu, bagaimana kisah Beth dan Lincoln dimulai dengan pertemuan. Ini bagian terkampret. Jawabannya ada di bab-bab menjelang akhir! Sial memang, saya dibuat geregetan dengan jalan cinta mereka. Sungguh membuat penasaran sampai saya bergumam sendiri: kapan mereka ketemunya oi. Lama amat.
Tapi bukan berarti cerita di awal-awal jadi membosankan. Efek menunggu dan rasa penasaran itu justru semakin membuat saya ingin cepat menyelesaikan buku ini.
“Bukankah jatuh terpuruk adalah hal yang harus kau alami untuk menyadarkan dirimu sendiri? Bukankah jatuh terpuruk ke dasar lubang akan memberimu petunjuk ke arah mana kau harus naik?” hlm 303.
Kutipan itu saya ambil sebagaimana perasaan saya ketika membaca kisah Lincoln yang harus patah hati sebelum menyampaikan perasaannya. Seakan layu sebelum berkembang. Namun, sejauh saya menyelesaikan novel ini, secara keseluruhan Attachment adalah kisah cinta yang sederhana dan manis. Bukan cuma soal penggambaran karakter yang dilatarbelakangi oleh dilematisnya kehidupan, tapi secara alur juga saya akan mengacungi jempol untuk Rainbow Rowell.
Saya bahkan berpikir, bahwa kehidupan sehari-hari dan kisah cinta sesimpel ini bisa jadi cerita yang menarik sekali karena pengemasannya yang demikian detail. Jadi, apakah buku ini recommended? Jawabannya sudah pasti iya!
Buku yang manis dan menggemaskan untuk akhir pekanmu yang menawan. Happy reading!
Rate 4/5
0 Comments
Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?